Grid.ID – Kecelakaan merupakan suatu hal yang tak bisa kita hindari atau terka datangnya. Seperti kecelakaan yang terjadi pada dunia transportasi.
Kecelakaan pesawat terabang mislanya, meski terbilang sangat rendah tingkat kecelakaanya dibandingkan moda transportasi lain namun kecelakaan pesawat terbang berpotensi rendah untuk memiliki korban selamat.
Banyak kisah dari kecelakaan pesawat terbang yang justru berujung kematian bagi seluruh penumpang maupun awak pesawat.
Baca Juga: Diklaim Halal, Kelab Malam di Arab Saudi Tuai Berbagai Kontroversi
Namun tak sedikit juga keajaiban menyertai mereka yang berada dalam pesawat sehingga bisa selamat dari kecelakaan.
Seperti kisah Angkatan Udara Uruguay 571 yang terdampar menjadi salah satu kisah paling unik dalam sejarah.
Melansir All That Interesting, dua orang bernama Roberto Canessa dan Nando Parrado adalah dua orang dari 45 penumpang dalam Angkatan Udara Uruguay 571, Jumat 13 Oktober 1972.
Baca Juga: Ibu ini Terkejut Temukan Tempat Prostitusi di Tengah Hutan Dekat dengan Sekolah SD Anaknya
Pada saat itu, mereka bersama dengan 17 penumpang lainnya adalah anggota tim rugby Uruguay melintasi Andes dengan pesawat charter menuju Chili.
Cannessa dan Parrado tidak memiliki firasat ketika mereka masih duduk di kabin pesawat, akan terdampar dan mengalami nasib mengerikan.
Roberto Canessa pertama kali menyadari bahaya yang mereka hadapi ketika mereka terbang melalui celah Planchon.
Baca Juga: Sering Berkendara Saat Hujan? Coba Perhatikan Hal Berikut
Mereka merasakan perjalanan udara yang begitu berat, sehingga jarak pandang hampir nol dan pilot dipaksa untuk terbang dengan instrumen.
Hingga suatu ketika, pesawat menabrak puncak dan menyebabkan sayapnya robek, dan langsung membunuh beberapa penumpang.
Sedangkan sisanya korban terdampar di suhu dingin di atas Andes.
Rasa kedinginan adalah masalah yang mendesak korban belum berpakaian untuk mengenakan baju paling hangat.
Baca Juga: Padatnya Jadwal Ramadan Bukan Halangan untuk Tampil Cetar
Sedangkan pesawat yang hancur hanya mampu memberikan sedikit perlindungan, setelah mengalami kedinginan mereka juga kehausan hingga mengalami dehidrasi.
Kemudian, seorang anggota tim yang cerdas menggunakan aluminium untuk mencairkan es dan masalah ini teratasi.
Namun kelaparan adalah masalah terburuk mereka, karena tidak ada sumber makanan yang tersisa, seriring berjalannya waktu tidak ada tanda-tanda penyelamatan.
Mereka merasakan nafsu makan yang meronta-ronta, dan ketakutan yang ditekan perlahan-lahan kembali.
Baca Juga: Teknologi Canggih Ini Bikin Motor Irit, Performa Tetap Gesit
Tanpa ada tanda-tanda penyelamatan, Nando Parrado menyaksikan dirinya menatap kaki bocah yang terluka, seketika nafsu makannya naik tanpa memperdulikan kejijikannya.
Moral Parrado waktu itu menjelaskan, "sesuatu telah terjadi, saya tidak dapat menyangkal dan telah melihat daging manusia dan mengenalinya sebagai makanan."
Baca Juga: Shandy Aulia Akhirnya Hamil Anak Pertama Setelah 7,5 Tahun Menikah
Pada awalnya tim yang selamat malu untuk mengakui pikiran mereka, tetapi isolasi gunung membuatnya harus segera membuat pilihan untuk bertahan hidup.
Parrado kemudian menyinggung soal masalah tabu, bahan makanan dan menyebut ada banyak makanan di sini.
Mereka kemudian, memikirkan untuk memakan daging manusia dari tubuh korban yang telah mati.
Pada saat yang sama otoritas Chili dan Uruguay, telah berpikir mustahil bagi siapapun bertahan hidup selama itu di Andes.
Baca Juga: Misteri 9 Dunia yang Mengelilingi Benteng Ismantorp di Swedia
Mereka telah menghentikan pencariannya selama 11 hari, meskipun pada saat itu anggota keluarga masih berusaha melanjutkan pencarian.
Setelah 60 hari pasca kecelakaan, Roberto Canessa mendekati Nando Parrado dan berkata, "sudah waktunya untuk pergi bersama orang yang selamat."
Kemudian mereka mulai melakukan perjalan turun gunung, dalam upaya putus asa menemukan bantuan.
Selama 10 hari perjalanan yang menyedihkan Parrado mengatakan pada Canessa "Mungkin kita berjalan menuju kematian kita."
"Kami telah melalui begitu banyak, dan kini saatnya kita mati bersama," katanya.
Namun, mererka tidak menemukan kematian itu dan pada 20 Desember, tiba-tiba bertemu dengan seorang pria, kemudian dengan segera mereka meminta bantuan.
Keesokan harinya mereka mendengar bantuan 22 Desember helikopter pertama mencapai lokasi kecelakaan dari 45 penumpang hanya ditemukan 16 orang selamat.
Penyelamatan luar biasa ini menjadi berita utama di seluruh dunia, meskipun kisah tentang kelangsungan hidup ajaib mereka diwarnai dengan tindakan kanibalisme.
Awalnya orang yang mendengarnya bereaksi ngeri.
Namun mereka hanya menjadi kanibal karena terpaksa, mereka memberikan konferensi pers yang sangat jujur dan menjelaskan keputusasaan yang mereka hadapi. (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul, “Alami Kecelakaan Pesawat, para Korban yang Hilang Selama 60 Hari Ini Mengaku Bertahan Hidup Dengan Cara Kanibal”
Source | : | intisari online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |