Suasana Ibu Kota Kabul pun kini diwarnai dengan kepanikan. Banyak warga sipil, terutama perempuan, takut jika Taliban kembali menerapkan jenis aturan brutal.
Oleh karena itu, mereka bergegas meninggalkan negara Afganistan dan berbondong-bondong mengantre di mesin ATM untuk menarik tabungan mereka.
Helikopter juga berdengung di atas kepala sepanjang hari untuk mengevakuasi staf dari Kedutaan Besar AS.
Asap membubung di dekat komplek karena para staf sibuk menghancurkan dokumen penting dan menurunkan bendera Amerika.
Dalam perebutan kekuasaan tak terduga ini, Taliban berhasil merebut hampir seluruh Afganistan hanya dalam waktu seminggu.
Padahal AS dan NATO sudah habiskan miliaran dolar selama hampir dua dekade untuk membangun pasukan keamanan Afghanistan.
Militer Amerika rupanya salah memprediksikan gerak-gerik Taliban. Mereka awalnya memperkirakan serangan ini akan terjadi sebulan lagi.
Baca Juga: Bukan Makanan Mahal, Dua Menu Ini Justru Dipilih Jokowi Saat Jamu Ibu Negara Afganistan
Pernyataan Taliban
Seorang juru bicara kantor politik Taliban, Mohammad Naeem mengatakan bahwa mereka tidak ingin lagi hidup dalam isolasi.
Dia menyatakan bahwa perang telah usai dan menjanjikan transisi kekuasaan dengan damai.
"Alhamdulillah, perang di negara ini sudah berakhir. Kami telah mencapai apa yang kami cari yaitu kebebasan negara kami dan kemerdekaan rakyat kami."
"Kami tidak akan mengizinkan siapa pun menggunakan tanah kami untuk menargetkan siapa pun dan kami tidak ingin merugikan orang lain," katanya dikutip dari Al Jazeera.
Juru bicara Taliban, Shuhail Shaheen, menambahkan mereka berjanji bakal melindungi hak-hak perempuan dan prinsip kebebasan pers.
Pada militan akan mengatakan berdiskusi untuk membentuk pemerintahan Islam yang terbuka dan inklusif.
"Kami memastikan kepada rakyat, terutama di Kabul, bahwa nyawa dan harta benda mereka aman," kata Shaheen.
(*)
Source | : | Al Jazeera,time |
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Mia Della Vita |