Laporan Wartawan Grid.ID, Novia
Grid.ID - Memiliki emosi berlawanan bisa jadi salah satu penyebab putus cinta.
Ya, akibat dua emosi yang dibiarkan membara, seseorang akhirnya kehilangan kontrol.
Kekeh dengan pendapat masing-masing membuat seseorang merasa tak lagi satu frekuensi.
Karena emosi yang meluap-luap, tak jarang pula seseorang mengambil keputusan yang salah.
Namun, putusnya hubungan cinta memang tak selalu akibat emosi yang berlawanan.
Perbedaan prinsip dan beragam hal lainnya bisa jadi pemicu berakhirnya hubungan seseorang.
Meski terdengar klise, namun perpisahan kerap menjadi masalah baru bagi beberapa orang.
Bahkan, seseorang bisa mengalami trauma hingga depresi akibat berpisah dari orang yang mereka cintai.
Jarang disadari banyak orang, inilah beberapa tanda trauma atau depresi akibat putus cinta.
Baca Juga: Nyesel Baru Tahu! Ternyata 4 Olahraga Ringan Ini Terbukti Ampuh untuk Mengurangi Gejala Depresi!
Dikutip dari Pinkvilla.com, Senin (25/4/2022), 4 tanda ini menunjukkan seseorang mengalami trauma pasca hubungan berakhir.
1. Mudah Curiga
Hubungan asmara yang menggunakan terjalin dengan kekerasan, penyerangan seksual, ancaman, kecurangan, atau pelecehan finansial, bisa membuat seseorang hidup dengan tertekan.
Dalam jangka panjang, pelecehan emosional dan kebohongan yang dilakukan terus-menerus, atau narsisme pun memiliki dampak yang sama.
Hubungan semacam ini akan berdampak negatif pada kesehatan emosional seseorang pasca berpisah.
Jika hubungan tersebut berakhir, Anda mungkin ditinggalkan dengan rasa tidak percaya yang kuat. Mungkin perlu waktu lama bagi Anda untuk mempercayai siapa pun lagi.
Bahkan jika Anda memiliki hubungan baru, Anda bisa diselimuti dengan rasa curiga dan was-was setiap saat.
2. Merasa Bersalah
Rasa bersalah karena tidak segera move on dapat menggantikan perasaan tidak percaya dan kesepian.
Mungkin ada perasaan yang luas tentang waktu yang terbuang dan merasakan rindu adalah hal wajar.
Ini sering terjadi setelah hubungan yang gagal.
Anda mungkin bertanya-tanya mengapa Anda tinggal dengan seseorang yang tidak cocok untuk Anda.
Namun, jika toksisitas hadir, sensasi akan diperkuat.
Semua ini menempatkan seseorang pada posisi yang rentan.
3. Membandingkan
Bagi seseorang yang mengalami trauma, mungkin akan sulit untuk melepaskan masa lalu.
Peristiwa ini dapat berdampak besar pada kehidupan sehari-hari.
Seseorang yang mengalami trauma akan sulit meyakini keputusan yang mereka buat.
Bahkan ia kerap membandingkan orang baru dengan sosok sebelumnya.
Ingatan kilas balik yang intens ini akan mengganggu dari peristiwa yang menyedihkan.
Sebab, Anda merasa seolah-olah sedang menghidupkan kembali suatu peristiwa.
Gangguan ini dapat datang berulang kali dengan porsi yang tidak diinginkan.
4. Tidak Percaya dengan Hubungan Baru
Jangan kaget jika Anda merasa tidak nyaman dan gelisah saat memulai hubungan baru.
Setelah meninggalkan hubungan yang beracun, seseorang mungkin menemukan diri mereka setelah beberapa saat.
Namun, bagi orang yang trauma bisanya mereka akan bereaksi terhadap hubungan baru dengan kecurigaan.
Anda akan menafsirkan apa yang dikatakan pasangan baru dan merasa mereka melanggar batas padahal sebenarnya tidak.
Baca Juga: Bertahun-tahun Menghilang dari Layar Kaca, Ternyata Ini yang Terjadi Pada Komedian Aming
Sebaiknya, percayai apa yang telah Anda pelajari dari hubungan sebelumnya.
Agar tidak mengalami hal buruk kembali, jangan ragu untuk mengakhiri hubungan jika itu memberi Anda getaran negatif.
(*)