Irma Hutabarat menilai bahwa adegan ini merupakan bukti bahwa polisi kecolongan hingga tersangka bisa reuni dengan suami dan istrinya.
"Jadi ada adegan (peluk menangis) yang namanya 'Kecolongan' (dengan penekanan), bagaimana rekonstruksi ini dipakai untuk seperti reuni suami istri yang belum bertemu," kata Irma Hutabarat.
Irma Hutabarat juga menyinggung adegan penting seperti Ferdy Sambo menawarkan uang Rp 1 miliar ke Bharada E justru tak ada.
Sedangkan adegan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi bermesraan yang tak pantas justru dipertontonkan.
"Lalu, tidak ada adegan itu didalam BAP atau rekonstruksi, karena itu (adegan) adalah ketika menawarkan satu miliar kepada Bharada E," jelas Irma Hutabarat.
"Kemudian juga nanti ada SP3 (Surat Perintah Pemberhentian Penyidik) seandainya diperiksa, jadi adegan itu merupakan tontonan yang sebetulnya tidak pantas, karena walaupun rekonstruksi itu sebetulnya bisa menjadi hanya sebagai pedoman," terangnya.
Irma Hutabarat juga menyinggung berbagai keistimewaan yang didapat Putri Candrawathi padahal ia menjadi tersangka.
"Masyarakat itu sudah bertanya-tanya kenapa begitu banyak keistimewaan yang diberikan kepada Putri, Sambo?" kata Irma.
"Dari mulai dia tidak di tahan dari mulai dapat cuti, cuti tujuh hari kali dua," bebernya.
Aktivis itu juga mengungkap keraguan akan status kesehatan Putri Candrawathi yang terlihat tak sakit sama sekali.
"Sementara waktu rekonstruksi enggak ada sakitnya sama sekali, bisa berpelukan, bisa menyandarkan kepalanya di bahu yang tidak mungkin didapat dari tersangka lain," sambung Irma.
"Perlakuan yang berbeda tentu saja karena akan terlihat sekali betapa itu rekayasa dan itu berdasarkan omongan dari Sambo dan Kuat Ma'ruf," lanjutnya.
(*)
Source | : | Kompas TV,Tribunnewsmaker.com |
Penulis | : | Annisa Marifah |
Editor | : | Nesiana |