"Prosesi ritual sekitar satu jam. Ritualnya cuma ngobrol-ngobrol saja," sambungnya.
Setelah ritual, para korban diminta minum ramuan yang ia buat.
Minuman ini sendiri telah dicampur dengan racun seperti potasium dan obat penenang.
Korban baru dikubur jika telah benar-benar tewas.
"Korban hanya muntah sedikit, lalu tidak terasa apa-apa," ujar Tohari.
"Jadi, korban dikubur setelah betul-betul mati. Kalau belum, ya tidak bisa dikubur," akunya.
Melansir Kompas.com pada Rabu (5/4/2023), terkuak sosok Mbah Slamet.
Mbah Slamet rupanya adalah residivis atas kasus peredaran uang palsu.
Polres Pekalongan menangkap Mbah Slamet bersama dua pelaku lainnya saat transaksi di sebuah minimarket di Kelurahan Gumawang, Wiradesa, Pekalongan.
Rekan Mbah Slamet dalam kasus ini adalah Aziz (32) warga asal Kabupaten Wonosobo dan Ahmad Murtadi (49) asal Banyumas.
Polisi menyita 1.491 lembar uang palsu yang di antaranya berisi uang pecahan Rp 100.000 dari ketiga orang ini.
Ketiga pelaku mengaku mendapat uang palsu dari Kholek, rekannya di Kota Semarang dengan harga Rp 500.000 untuk 1.491 lembar pecahan Rp 100.000.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Annisa Marifah |
Editor | : | Ayu Wulansari K |