Banyak negara memiliki undang-undang yang mengatur pembatasan terkait pernikahan dengan kerabat dekat.
Terlepas dari norma, ada adalasan lain hubungan inses berisiko tinggi.
Penelitian menunjukkan berhubungan dengan kerabat dekat meningkatkan risiko keturunan lahir cacat.
Laman Complex Post-Traumatic Stress Disorder Foundation (CPTSD Foundation) menyebut penelitian menunjukkan bahwa 10-20 persen anak yang hidup melalui inses menjadi korban perkosaan oleh salah satu anggota keluarganya.
Hubungan seksual antara dua anggota keluarga dekat yang mengakibatkan kehamilan, konsekuensinya terhadap bayi sangat besar.
Inses berbahaya dalam banyak hal, termasuk secara genetik.
Ketika dua orang yang berkerabat dekat berhubungan seks kemudian hamil, ada peningkatan risiko kelainan gen resesif.
Orang dewasa yang lahir dari hubungan dengan kerabat dekat atau inses seringkali mengidap kondisi psikologis.
Kondisi psikologis itu seperti kesulitan dalam menjalin relasi sosial, rendah diri, gangguan mental, depresi, gangguan stres pasca-trauma dan kepribadian ambang.
Tidak hanya itu, ada juga berbagai cacat fisik yang bisa muncul pada anak hasil perkawinan inses.
Misalnya bentuk rahang, tengkorak, atau tulang yang abnormal.
(*)
Source | : | Bangkapos,Tribunstyle |
Penulis | : | Ulfa Lutfia Hidayati |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |