Grid.ID - Kisah pilu datang dari seorang nelayan bernama Suraji yang kehilangan anak semata wayangnya yang jadi korban susur sungai SMPN 1 Turi.
Anak semata wayang nelayan Suraji menjadi korban susur sungai SMPN 1 Turi pada (21/2/2020) lalu.
Kegiatan susur sungai yang dilakukan SMPN 1 Turi menewaskan sedikitnya 10 siswi termasuk anak semata wayang nelayan Suraji.
Melansir dari laman Kompas.com, susur sungai berakhir tragis lantaran arus yang tiba-tiba deras dan menyeret para siswa.
"Ketika kami sampai di tengah-tengah sungai, jalan di sungai sudah sekitar setengah jam, tiba-tiba ada arus besar dari arah utara atau atas," kata Salma Kusuma, salah seorang korban selamat.
Aliran sungai yang tiba-tiba deras diduga sebab dari hujan di hulu sungai.
Duka tampak dirasakan seluruh keluarga korban susur sungai SMPN 1 Turi, termasuk seorang nelayan bernama Suraji (61).
Suraji harus kehilangan anak satu-satunya yang bernama Yasinta Bunga Maharani lantaran hanyt dan hilang.
Tak hanya diam menunggu kabar, Suraji mengaku ikut menyusuri sungai demi segera bisa menemukan sang buah hati tercinta.
Suraji mengaku kakinya sampai kram dan sulit digerakan.
"Sampai kaki saya kram di sana, hampir enggak gerak," tutur Suraji.
Yasinta baru diketemukan dalam keadaan tak bernyawa sekitar pukul 05.00 WIB, pada Minggu (23/2/2020).
Jasad Yusinta mengambang pada jarak 400 meter di sungai dengan kedalaman 2 meter.
Sementara itu, duka Suraji masih terus membekas lantaran Yasinta adalah anak mahal yang baru dimilikinya saat usia yang tak lagi muda.
"Saya sudah tua, lama sekali baru punya anak. Keluarga bilang, Yasinta itu anak mahal," kata Suraji lirih.
Dilansir Grid.ID dari laman Tribun Jogja, Suraji mengenang momen terakhir bersama sang anak sebelum berangkat kegiatan susur sungai.
Baca Juga: Bagaimana bisa semua Korban Susur Sungai SMPN 1 Turi adalah Perempuan? Terungkap Beginilah Alasannya
Yasinta meminta uang jajan dobel saat berpamitan untuk ikut kegiatan pramuka.
"Tumben, hari itu dia minta uang jajan dobel sambil merengek ke saya," kenang Suraji.
Tak hanya itu, saat berangkat sekolah Yasinta tetap memakai sepatunya yang bolong.
"Sebelah sepatunya bolong bekas terbakar waktu kegiatan minggu lalunya, tapi masih dipakai dulu," imbuhnya.
Rencananya, Suraji akan membelikan sepatu baru sebagai hadiah ulang tahun sang anak pada hari Sabtu (22/2/2020).
"Pas ulang tahun, saya belum bisa kasih hadiah, ya, dia tanya. ‘Bapak enggak ngasih hadiah ulang tahun?’" tutur Suraji.
"Sekarang belum, nanti ya, jualan baru sepi," jawabnya.
Benar saja, Yasinta diketahui baru saja berulang tahun yang ke-12 pada 12 Februari 2020 lalu.
"Rencananya besok (Sabtu, 22 Februari 2020) mau saya ajak beli sepatu untuk hadiah ulang tahun," kata Suraji.
Namun, sang putri sulung justru telah dipanggil sang Kalik dan dimakamkan pada Minggu (23/2/2020) pukul 14.00 WIB di Pemakaman Umum Dadapan Wetan, Sleman.
Di pusara sang anak, Suraji terlihat sangat sedih dan sesekali mengusap-usap tanah kuburnya.
"Dik, maafin Bapak, ya." kata Suraji.
Kepergian Yasinta tak hanya menyisakan duka keluarga, tetapi juga warga sekitarnya.
"Kami (warga) pun sangat kehilangan. Yasinta ini anak pintar, aktif di pemudi kampung.
Orang tuanya juga aktif dalam kegiatan di sini," tutur Subardi, Ketua RT 06 Dadapan, Sleman. (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Jogja |
Penulis | : | Novita |
Editor | : | Novita |