Dia mendapat pendidikan di Sekolah Tinggi Teknik di Bandung, kemudian melanjutkan studinya di Belanda, di bidang teknik sipil dan ekonomi.
Dia kembali ke Indonesia pada tahun 1927 dan bekerja sebagai insinyur di beberapa perusahaan swasta.
Margono juga aktif dalam organisasi pergerakan nasional, seperti Jong Java, Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Dia juga menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS), lembaga tertinggi negara yang dibentuk setelah proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945.
Setelah proklamasi kemerdekaan, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam bidang ekonomi dan keuangan.
Salah satunya adalah tidak adanya bank sentral yang berfungsi sebagai bank sirkulasi mata uang republik.
Saat itu, bank sentral yang ada adalah De Javasche Bank (DJB), yang merupakan warisan dari pemerintah kolonial Belanda.
DJB tidak mengakui kedaulatan Indonesia dan berusaha mengacaukan ekonomi Indonesia dengan mencetak dan mengedarkan uang buatan Belanda.
Sebagai ketua DPAS, Margono memberikan usulan agar dibentuk bank sentral yang berfungsi sebagai bank sirkulasi mata uang republik.
Margono kemudian diberi mandat oleh presiden Soekarno untuk membentuk bank sentral tersebut.
Dia mengumpulkan dana dari patungan rakyat Indonesia sendiri, dengan semangat nasionalisme dan kemandirian.
Source | : | Kompas.com,TribunJatim.com |
Penulis | : | Fidiah Nuzul Aini |
Editor | : | Fidiah Nuzul Aini |