Pada tahun 1983, karier militernya semakin berkembang dengan menjadi Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Kopassus.
Beberapa tahun kemudian, Prabowo diangkat sebagai Komandan Jenderal Kopassus.
Sebagai Danjen Kopassus, karirnya semakin gemilang setelah memimpin operasi pembebasan sandera di Mapenduma.
Dalam operasi tersebut, 10 dari 12 peneliti yang disandera oleh organisasi Papua Merdeka (OPM) berhasil diselamatkan.
Puncaknya, pada tahun 1998, Prabowo dipromosikan menjadi Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), dengan bawahan sekitar 11.000 prajurit.
Prabowo memainkan peran penting dalam Angkatan Darat.
Ketika terjadi Reformasi pada tahun 1998, Prabowo ditugaskan untuk mengamankan Jakarta karena situasi politik yang tidak stabil, dengan mahasiswa melakukan demonstrasi besar-besaran.
Setelah Reformasi, Prabowo diberhentikan dari jabatannya sebagai Pangkostrad. Kemudian, ia ditugaskan sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI.
Setelah menjalani sidang Dewan Kehormatan Perwira terkait beberapa kasus, Prabowo diberhentikan dari militer dengan pangkat Letnan Jenderal.
Setelah keluar dari militer, Prabowo mulai terlibat dalam bisnis. Dia memiliki berbagai perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri.
Pada tahun 2004, Prabowo memulai kariernya di politik dengan menjadi anggota Partai Golkar.
Ia mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Golkar pada tahun 2004, tetapi kalah suara dari Wiranto.
Setelah keluar dari Golkar pada tahun 2008, Prabowo mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Pada Pemilu 2009, Gerindra berhasil mendapatkan 26 kursi di DPR RI.
Pada Pemilihan Presiden 2009, Prabowo menjadi calon wakil presiden Megawati.
Pasangan ini mendapatkan 26,79 persen suara, kalah dari pasangan SBY-Boediono.
Pada Pemilihan Presiden 2014, Prabowo kembali mencalonkan diri dengan Hatta Rajasa sebagai cawapres.
Pasangan ini diusung oleh Koalisi Merah Putih yang terdiri dari tujuh partai, termasuk Gerindra.
Mereka kalah dari pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang diusung oleh Koalisi Indonesia Hebat.
Prabowo-Hatta hanya mendapatkan 46,85 persen suara, sedangkan pasangan lawannya meraih 53,15 persen suara.
(*)
Source | : | Kompas.com,TribunJatim.com |
Penulis | : | Fidiah Nuzul Aini |
Editor | : | Fidiah Nuzul Aini |